BERKARYA SAMPAI AJAL MENJEMPUT !

BERKARYA SAMPAI AJAL MENJEMPUT !

Ahmad Hariyadi *

Ketika mendengar kata pensiun, maka yang terbagun dalam pikiran orang  secara umum adalah tidak bekerja dan menghabiskan waktu keseharian dengan bermain bersama keluarga atau kesibukan lain yang sifatnya ‘rumahan’. Pemahaman ini mengantarkan para pensiuan untuk cenderung pasif dan kurang tertarik mengembangkan karaya-karya yang sebenarnya masih memungkinkan dilakukan. Oleh sebab itu langkah pertama yang perlu diubah untuk menjadikan para pensiunan tetap produktif/berkarya adalah merombak dasar pemikirannya di atas. Dan cara yang terbaik dalam mengubah pemikiran adalah dengan melakukan perenungan-perenungan yang mencerahkan.

Renungan pertama !

Dari Hakîm bin Hizâm Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah. Dan mulailah dari orang yang menjadi tanggunganmu. Dan sebaik-sebaik sedekah adalah yang dikeluarkan dari orang yang tidak membutuhkannya. Barangsiapa menjaga kehormatan dirinya maka Allâh akan menjaganya dan barangsiapa yang merasa cukup maka Allâh akan memberikan kecukupan kepadanya.” (Referensi : https://almanhaj.or.id/13036-tangan-di-atas-lebih-baik-dari-tangan-di-bawah-2.html).

Kalau melihat hadis di atas melalui teks bahasa Arabnya, akan terlihat bahwa penggalan hadis ‘Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah’ itumenggunakan jumlah ismiyah kalimat yang tidak menunjuk waktu tertentu. Artinya keutamaan tangan di atas  daripada tangan yang di bawah itu berlaku selamanya, bukan hanya pada saat kita masih muda. Kalau kita melihat dalam versi terjemahnya, kita sudah bisa membaca bahwa tidak ada satu isyaratpun pada hadis itu yang membatasi hadis tersebut hanya berlaku pada usia muda.

Apalagi kalau selama ini kita sudah menjadi orang yang punya kebiasaan ‘menjadikan tangan di atas’, haruskah berubah hanya karena kita memasuki usia pensiun ?. Agar kebaikan yang sudah terbentuk itu tidak hilang dalam perjalanan waktu, maka tetaplah semangat ‘tangan di atas’ tetap dibiarkan menyala. Semangat ini akan tetap menyala, ketika ada dukungan keuangan dan dukuangan keuangan ini akan mudah didapatkan ketika produktivitas tetap terjadi.

Jika sebelum pensiun kita tidak punya kebiasaan ‘menjadikan tangan di atas’, maka pada saat memasuki usia pensiun inilah kesempatan berubah lebih baik. Pada saat usia pensiun biasanya beban ekonomi akan menurun, sementara tetap produktifitas berjalan sehingga jadilah kita menjjadi orang yang akhirnya terbiasa menjadikan ‘tangan di atas’. Pilihannya hanya satu, tetaplah produktif !

Renungan kedua !

Dari Amarah bin Khuzaimah berkata, “Aku mendengar Umar bin Khathab berkata kepada bapakku. “Apa yang menghalangimu untuk menanam lahanmu?” Bapakku berkata, “Aku tua renta yang akan mati besok.” Umar berkata, “Ku yakinkan Kau harus menanamnya.” (https://bincangsyariah.com/kolom/pesan-nabi-meski-besok-mati-tetaplah-menanam-pohon/) Ketika kematian akan terjadi besok, namun sahabat Umar tetap menyuruh orang tersebut untuk menanam pohon, isyarat apa yang bisa kita fahami ? Paling tidak bisa difahami bahwa dekatnya seseorang kepada kematian bukanlah faktor untuk istirahat menebar kemanfaatan.

Sudah tentu tidak mungkin menyamakan kekuatan fisik pada usia muda dengan kekuatan fisik pada usia tua, oleh sebab itu aktifitas atau karya yang dibangun bukan karya yang mengandalkan kekuatan fisik, melainkan karya yang mengandalkan kreatifitas, ketelatenan, nilai-nilai kemanusiaan, yang memberikan kemanfaat kepada manusia secara umum.

Kalau ada diantara kita yang mengembangkan urban farming atau sejenisnya dalam skala kecil dan berhasil, maka ini akan menjadi contoh yang dapat menginspirasi generasi muda dalm berkarya. Pemanfaatan sedikit lahan perkotaan yang hasilnya dapat dinikmati masyarakat atau jika dikelola lebih baik dapat memberikan nilai tambah dalam bentuk tambahan penghasilan bagi pengelolanya. Ada juga diantara kita yang dapat menyediakan tempat pameran (berjualan) karya orang-orang di sekitarnya, dan akhirnya memberi tambahan penghasilan, sebagian lagi yang mencoba menerbitkan tulisannya dengan harapan ada ide-ide baik yang dipikirkan dapat menginspirasi siapa saja untuk berkarya.

Apakah kalau pensiunan memanfatkan waktu di rumah untuk berdzikir, baca Al Qur’an, shalat, dan bermain bersama keluarga itu salah ? Pasti tidak salah, hanya saja kita tidak mendapat keutamaan ‘tangan di atas’, atau bisa juga tidak mendapat kesempatan ‘anfa’uhum linnas – yang paling manfaat untuk manusi’ atau manfaat kebaikan lainnya yang hanya bisa diperoleh melalui berkarya. Pilih pasion kita, dan tetaplah berkarya !

*Penulis adalah Ketua STAI An najah Indonesia Mandiri – Sidoarjo

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *